Kamis, 24 Juli 2008

Walet

PANGKALAN KERINCI - Bisnis sarang burung walet di tengah pemukiman penduduk dinilai tidak sejalan dengan pembangunan yang berwawasan kesehatan. Hal itu disebabkan pada gedung-gedung penampungan sarang burung walet, terdapat bak-bak penampungan air yang berpotensi menjadi tempat bertelurnya nyamuk Aedes Aegypti sehingga ancaman penyakit demam berdarah dengue (DBD) bisa terjadi.
Demikian disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pelalawan Drs H Milyono MKes sewaktu dimintai tanggapannya terhadap dampak negatif keberadaan sarang burung walet di tengah pemukiman masyarakat, Kamis (24/07).
Selain itu, dijelaskan Milyono, usaha sarang burung walet di tengah pemukiman penduduk sangat tidak selaras dengan visi Indonesia sehat 2010 yang ingin mengwujudkan lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat. “Bisnis sarang burung walet ditengah kota sangat tidak sejalan dengan visi Indonesia sehat,” kata dia.
Selain itu, tambahnya, disekitar tempat sarang burung walet, lingkungan dibuat bising dengan suara pemanggil burung walet, hal ini menjadi polusi suara karena berlangsung secara terus menerus. Hal yang tidak kalah pentingnya, dalam radius beberapa ratus meter, daerah dan rumah penduduk sekitar akan menjadi kotor dan bau oleh kotoran burung walet yang berkeliaran.
“Gedung-gedung yang dijadikan tempat bersarangnya burung walet yang berdekatan dengan pemukiman masyarakat dapat mengganggu ketentraman karena suara bising yang ditimbulkan secara terus menerus. Tidak itu saja, pemukiman disekitar bangunan menjadi kotor dan bau oleh kotoran burung walet yang berkeliaran, kondisi ini sangat menganggu sanitasi lingkungan dan tersedianya air bersih bagi penduduk yang menggunakan penampungan air hujan sebagai sarana mendapatkan air bersih,” terang Milyono.
Pemerintah Daerah melalui Diskes Kabupaten Pelalawan, lanjutnya, telah berkomitmen untuk menjadikan paradigma sehat sebagai paradigma pembangunan kesehatan kedepan. Paradigma sehat dipercaya oleh Bangsa Indonesia sebagai model pembangunan kesehatan jangka panjang yang mampu mendorong masyarakat untuk bersikap mandiri dalam menjaga kesehatannya melalui kesadaran yang lebih tinggi.
“Secara terus menerus, kami mengupayakan bagaimana cara masyarakat dapat hidup mandiri dan terhindar dari sumber penyakit yang membahayakan, hal itu merupakan model pembangunan jangka panjang yang secara berkesinambungan dilakukan, maka dari itu memberdayakan masyarakat dalam bidang kesehatan sangat penting dilakukan guna mendorong masyarakat untuk bersikap mandiri dalam menjaga kesehatan melalui kesadaran yang lebih tinggi,” jelasnya.
Perencanaan pembangunan dan pelaksanaan di semua sektor, katanya lagi, harus mampu mempertimbangkan dampak negatif dan positif terhadap lingkungan, baik individu, keluarga dan masyarakat. “Sebagaimana Visi Indonesia sehat 2010, lingkungan kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat, seperti lingkungan bebas dari polusi dan bibit penyakit, tersedia air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan dan terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong menolong dengan memelihara nilai-nilai budaya bangsa,” jelasnya.
Diterangkannya juga, bahwa keberadaan sarang burung walet dinilai sangat berpotensi menyebarkan virus penyebab Avian Influenza (AL) atau flu burung. Potensi penyebaran virus H5N1 pada walet bisa terjadi pada kotoran burung walet. Kondisi ini sangat mengkuatirkan, karena mengatasi burung walet sangat sulit, berbeda halnya dengan ayam yang berada di satu tempat. “Jika virus flu burung bersumber dari walet tentu sangat sulit mengatasinya, karena walet terbang bebas yang menyulitkan untuk dibasmi, berbeda dengan ayam yang berada disatu tempat. Bila virus dibawa oleh walet, maka sangat sulit mengatasi dan memerlukan biaya yang tidak sedikit,” terangnya mengigatkan dampak bisnis walet di pusat kota dan dekat dengan pemukiman masyarakat. (hadrizal)

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda